Menko Luhut: Indonesia Berpotensi Jadi High Income Country
- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan menyampaikan, dengan terus berkembang dan besarnya potensi ekonomi laut, Indonesia memiliki ruang besar untuk berkembang dan berpotensi jadi high income country dalam beberapa tahun mendatang. Ia menyampaikan pada tahun 2045 proporsi sektor kelautan terhadap ekonomi nasional Indonesia harus lebih dua kali lipat dan terus meningkat.
“Ini adalah tantangan yang perlu kita jawab. Jadi sekarang research ini kita kembangkan terus. Jadi semua kita kalau kompak dan kita sibuk urus ini. Indonesia dengan perjalanan seperti sekarang ini, saya pikir dalam 10 tahun ke depan kita akan bisa high income country. Menurut saya penting dan kalau ini berjalan terus, saya pikir dalam 3 dekade ke depan kita bisa menjadi masuk negara maju di dunia ini. Itu semua yang bisa kita lakukan, kita kompak. Kita jangan saling menyalahkan dan jangan saling menjelekkan satu sama lain,” ungkap Menko Luhut dalam sambutannya pada acara Archipelagic and Island States (AIS) Forum Blue Innovation Solution : Matchmaking Sustainable Solution : Bringing Investors and Bluepreneurs Together di Jakarta. Senin (26/6/23).
Salah satunya melalui budidaya rumput laut yang ada di Buleleng, Bali yang telah terlaksana kurang lebih 6 tahun. Menko Luhut memaparkan pengembangan rumput laut penting karena itu karena bisa jadi biofuel, pupuk, makanan, membersihkan laut, dan bisa juga menangkap carbon emission. Di Indonesia sendiri ada lebih dari 200 spesies dan kita baru tiga spesies yang dikembangkan.
Di sinilah peran penting pelaku usaha di sektor kelautan dan kemaritiman sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi di sektor biru, menciptakan peluang usaha baru, membuka lapangan kerja, dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita perlu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi inovasi dan investasi di sektor biru.
Menko Luhut menjelaskan AIS Forum dirancang sebagai platform solidaritas global dalam mengatasi tantangan kelautan secara efektif dan melalui cara-cara yang cerdas serta inovatif. Saat ini, AIS Forum sebagai cikal bakal Organisasi Internasional telah mampu menginisiasi kolaborasi unik di antara generasi muda di negara-negara AIS.
“Saya mendapat laporan bahwa AIS Forum telah melakukan lebih dari 200 sesi pertukaran pengetahuan, pelatihan, dan bantuan teknis, pemberian beasiswa, hibah penelitian bersama, dan kerja sama program inovatif dengan lebih dari 300 pemangku kepentingan. Selain itu, melalui startup blue hub, telah terbentuk platform ekosistem inovasi biru yang bertujuan mewujudkan ide inovasi untuk menjadi solusi bagi negara-negara pulau dan kepulauan,” tambah Menko Luhut.
Forum ini juga telah berkontribusi fasilitasi pembentukan dokumen Blue Financing Strategic yang telah menjadi salah satu kerangka dasar Indonesia menerbitkan Blue Bond (sukuk biru) pertama di Indonesia, senilai total 11,35 Trilliun Rupiah. Pengalaman ini juga akan “ditularkan” oleh Indonesia kepada negara-negara lainnya melalui AIS Forum.
“Melalui inisiatif AIS Forum, Indonesia berkomitmen untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di masa depan,” tegas Menko Luhut.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi menyampaikan AIS Forum terus bekerjasama mengembangkan best practice yang dapat mendorong innovative solution bagi negara-negara pulau dan kepulauan dalam menghadapi tantangan global.
“Untuk itu acara ini kami selenggarakan sebagai sarana untuk membuka peluang kolaborasi yang lebih luas guna menciptakan berbagai terobosan inovasi dan solusi kreatif anak bangsa dalam mengembangkan sektor ekonomi biru ke pasar yang lebih luas. Selain untuk sektor ekonomi biru, tentunya kita bersama perlu mendorong berbagai inovasi yang mungkin diciptakan dalam berbagai isu lainnya yang juga menjadi fokus utama kerja sama AIS Forum yaitu: Climate Change Mitigation and Adaptation; Marine Plastic Debris; dan Good Maritime Governance,” ungkap Deputi Jodi.
Berkaitan dengan salah satu fokus utama kerja sama AIS Forum yakni mengenai sampah plastik di laut, Menko Luhut menambahkan bahwa dalam tiga tahun yang akan datang, Indonesia akan mengolah sampah hampir 30 ribu ton per hari di seluruh Indonesia.
“Ini menjadi langkah luar biasa membuat Indonesia lebih bersih dari sampah-sampah plastik yang masuk ke laut. Ini akan membuat Indonesia menjadi negara yang paling leading dalam membersihkan laut. sampai hari ini kita sudah bisa mungkin mengurangi sampah plastik yang masuk ke laut kira-kira 27%,” jelas Menko Luhut.
Ia menambahkan bahwa saat ini juga akan dilakukan restorasi mangrove di 600 ribu hektare dan 400 ribu hektare di antaranya sudah ditanam kembali. Ini akan menjadi contoh yang baik bagi sesama negara kepulauan. Apalagi negara-negara di Pasifik yang mungkin terdampak dengan kenaikan suhu bumi 1,5 derajat yang membuat naiknya permukaan air laut. Deforestasi di Indonesia juga makin berkurang dan itu juga menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Dengan adanya berbagai kontribusi dan kerjasama kepada AIS Forum, Menko Luhut yakin akan berdampak langsung pada program kongkrit yang langsung menyentuh masalah di lapangan. Hal ini mencakup pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, menjaga lingkungan laut, dan peningkatan kapasitas masyarakat di berbagai negara pulau dan kepulauan di seluruh dunia.
“Sekali lagi saya titip, ayo, mari kita lakukan bersama -sama. Jadi kalau kita berkolaborasi, kita link semua, kita tahu siapa berbuat apa dan sudah pada posisi apa kita dan selanjutnya. Ini saya kira sangat penting untuk kita lakukan. Ayo kita kerja sama. Ayo bangga jadi orang Indonesia. Sekali lagi kita harus bangga bahwa efisiensi di negara ini makin bagus dan semua sekarang paralel sedang berjalan. Tentu tidak sempurna. Tapi saya yakin dan percaya, kalau kita selalu bekerja seperti ini, semua akan mendapat hasil yang besar,” tutup Menko Luhut.
Leave a Comment