Trans Jateng Disubsidi Bus Swasta Dibiarkan Mati
- Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi
Masyarakat Karsidenan Banyumas khususnya dari Kabupaten Banyumas dan Purbalingga saat ini telah menikmati Trans Jateng.
Layanan bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) bersubsidi dari Pemprov Jateng ini sangat aman dan nyaman dibanding transportasi swasta yang mati suri didalam kota Purwokerto dan bus pada koridor Purwokerto-Purbalingga-Bukateja.
Dengan armada baru bermotif batik merah, busnya tampil keren. Busnya ber-AC, dilayani pria/wanita cukup ramah telah memikat sebagian masyakarat. Warga rela antri menggunakan angkutan yang hanya berhenti pada halte-halte yang sudah disediakan pemerintah. Bahkan bus ini kadang melewati halte yang ada ketika penumpang di bus tidak ada yang turun dan di halte terlihat kosong.
Pengalaman naik Trans Jateng penulis alami 6 bulan lalu. Saya mengambil rute perjalanan dari Pasar Manis, Purwokerto menuju Jompo-Halte Unsoed. Sambil menunggu kedatangan bus, saya mampir ke Pasar Manis yang berdekatan dengan halte. Saya ingin menikmati kuliner tradisional Banyumas di Pasar Manis yang sangat terkenal itu. Dengan uang tak seberapa besar, perut kenyang dengan aneka menu memikat.
Letak halte bus Trans Jateng persis di depan pasar sehingga tak perlu ongkos lagi untuk naik Trans Jateng. Saya naik bus Trans Jateng tujuan Purbalingga namun turun di halte Unsoed Kalimanah.
Dari Halte Pasar Manis, semua penumpang harus transir di Terminal Bus Bulupitu. Tariff dalam kota sudah termasuk tarif keseluruhan hingga tujuan akhir di Bukateja. Trayek dalam kota yang gratis menggerus penumpang angkutan kota di Kota Keripik yang sudah hampir reot.
Ketika tiba di Terminal Bus Bulupitu, semua penumpang memasuki halte yang sudah disiapkan termnial tipe A ini. Penumpang transit berganti bus tujuan Sokaraja, Jompo, Purbalingga dan berakhir di Bukateja. Trayek bus Trans Jateng ini menggerus panumpang bus Purwokerto-Wonosobo, Purwokerto- Pemalang dan Mikro bus Purwokerto-Bobotsari pada koridor Purwokerto-Purbalingga-Bukateja.
Dengan sistem pembayaran menggunakan kartu mobile pay penumpang bisa bayar tunai, lalu petugas akan memberikan tiket. Sistem ini mempercepat, mempermudah dan memberikan pelayanan tiket dalam sisitem komputer serta transparansi pembayaran. Kecuali itu sistem ini juga menggantikan sisem manual yang biasa diterima kondektur bus, ada modernisasi sistem pembayaran.
Tarif untuk naik bus Trans Jateng hanya Rp 3.500,- jauh dekat sama, tarifnya dibawah bus trayek Purwokerto-Wonosobo dan Purwokerto-Pemalang untuk koridor sampai Purbalingga dan Bukateja, ini tentu mematikan bus swasta, terlebih, penumpang didalam kota Purwokerto, yang naik dari dalam kota ke terminal tidak ditarik ongkos. Pembayaran hanya dilakukan sekali.
Pelayanan ramah. Bagi orang tua, ibu hamil, dan orang-orang yang kerepotan akan diutamakan duduk. Sedangkan bagi para muda mudi yang terlihat sehat dan kekar harus mengalah, berdiri memberikan kesempatan kepada yang lebih membutuhkan.
Memang bukan satu-satunya faktor penyebab matinya transportasi swasta di Banyumas. Kondisi transportasi swasta di Banyumas sulit hidup sejak hadir transportasi online dan kemudahan kredit sepeda motor, terebih hadirnya Trans Jateng yang dari sisi pelayanan memberikan layanan bermutu kepada masyarakat.
Perlu ditanyakan kepada pemegang kabijakan! Kenapa bukan transportasi swasta yang dinaikkan grade layananya? Kesulitan pendapatan bus makin mencekik dengan kehadiran transportasi AKDP ini bisa disiasati dengan pemberian subsidi, bukan membangun Trans Jateng yang telah mematikan transportasi swasta bus mikro, bus tiga perempat yang sejalur.
Bus Trayek Purwokerto-Purbalingga-Bukateja-Wonosobo, Purwokerto-Sokaraja-Purbalingga-Pemalang dan angkot di Purwokerto sejalur ke terminal. Juga angkot dari Purbalingga-Bukateja mereka menjadi korban hadirnya bus Trans Jateng. Mampukan perusahaan Otto Bus swasta menaikkan grade pelayanannya seperti Trans Jateng? Trans Jateng disubsidi, bus swasta dibiarkan mati. Seharusnya bukan menghadirkan Trans Jateng, tapi Bus Swasta yang disubsidi.
Armada bus Trans Jateng yang terbatas belum mampu memenuhi kebutuhan pengguna jasa di semua koridor. Jarak yang masih jeda mengharuskan penumpang menunggu lama. Jeda waktu ditopang bus AKDP Purwokerto-Pemalang, Purwokerto-Wonosobo dan Mikro Bus Purwokerto-Bobotsari, namun karena penumpang mereka sebagian diambil Trans Jateng, bus mereka tidak lagi penuh. Terlebih mikro bus yang pernah berjaya pada rute-rute pendek, sangat sengsara. Sopir mengeluh kesulitan operasional, sehingga kondisi armada tidak lagi mampu tampil handal dan bagus karena terbatasnya penumpang dan pendapatan mereka. Siapa yang akan menolong mereka?
Demikian juga angkutan kota di Purwokerto kondisinya juga tak lagi layak karena sulitnya mencari dan mendapatkan penumpang yang menjadikan pendapatan sangat menim. Terlebih mereka harus ngetem, mereka kini dilibas angkutan online baik sepeda motor maupun mobil. Sehinga agkutan umum yang berbasis trayek kini hampir punah. Dingklik-dingklik (tempat duduk kecila) sebagai tempat duduk tamabahan yang dulu menjadi solusi, kini tak lagi nampak.
Kondisi angkutan umum swasta di Banyumas sengsara, dalam kondisi demikian siapa yang peduli dengan mereka? Pernahkah Dinas Perhubungan Jateng dan Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas dan Purbalingga melakukan survei kondisi pelayanan transportasi bus swasta ini? Apa langkah-langkah Dishub Jateng sebagai pembina angkutan umum di daerah? Mereka dibiarkan mati atau terus mengembangkan angkutan bersubsidi yang mematikan angkutan swasta? ***
Leave a Comment