LRT Jabodebek Transformasi Menembus Batas

radarikn.id
  • LRT atau Light Rail Transit merupakan kereta ringan yang biasa digunakan sebagai transportasi modern di perkotaan.
  • Sabtu, 07 Agustus 2021 - 19:32 WIB | Oleh: Akhmad Sujadi, Pemerhati Transportasi

Pembangunan transportasi massal berbasis rel maju pesat beberapa tahun terakhir ini.

Kemajuan bermula dari kehadiran Moda Raya Terpadu Jakarta (MRTJ), kemudian disusul Lintas Rel Terpadu Jakarta (LRTJ) LRT Palembang, hingga Kereta Cepat Jakarta Bandung, serta LRT Jabodebek.

Pembangunan prasarana LRT Jabodebek yang kini tengah dilakukan, dibangun dalam 3 koridor, yakni Dukuh Atas-Cawang, Cawang-Bekasi Timur dan Cawang-Cibubur. Penyelesaian 3 koridor ini akan ditargetkan untuk beroperasi pada tahun 2022.


LRT atau Light Rail Transit merupakan kereta ringan yang biasa digunakan sebagai transportasi modern di perkotaan. LRT Jabodebek pembangunannya digagas pemerintah melalui  Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka) Kementerian Perhubungan dan akan terintegrasi mulai dari Jakarta-Depok-Bogor-Bekasi (Jabodebek).

 

Penulis Akhmad Sujadi



Hal ini berarti, LRT Jabodebek akan terintegrasi dengan LRT Jakarta yang menghubungkan Kelapa Gading hingga Rawamangun. Walau demikian, intergrasi ini terjadi dari sisi operasional dan ruas semata, namun dari sisi operator tidak. LRTJ yang merupakan jenis transportasi di bawah naungan, Badan Usaha Milik Daerah, PT Jakarta Propertindo. Di sisi lain, LRT Jabodebek merupakan transportasi yang dinaungi oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), selaku operator.


Hadirnya LRT Jabodebek, membuktikan Indonesia sebagai negara yang berkembang dari segi infrastrukturnya. Indonesia mampu memposisikan dirinya sejajar dengan negara-negara di ASEAN, seperti Singapura dan Malaysia yang telah memiliki transportasi massal, berupa kereta ringan sejak lama.

Hal ini juga membuktikan perjuangan Indonesia dalam “Transformasi Menembus Batas” kemajuan teknologinya yang mampu bersaing dengan negara-negara tetangga yang telah memiliki teknologi yang lebih mumpuni sejak dahulu.



LRT Solusi Atasi Kemacetan

Kemacetan merupakan permasalahan utama di banyak kota besar, khususnya ibukota di berbagai negara. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang banyak dengan tingkat mobilitas yang tinggi.

Dalam catatan transportasi dunia pada Februari 2021, Jakarta menduduki posisi ke-10 sebagai kota termacet di dunia. Selain Jakarta, 9 kota lainnya yang masuk dalam kota termacet di dunia, antara lain
Bangaluru, India.  
Manila, Filipina.  
Bogota, Kolombia.
Mumbai, India.  
Pune, India 
Moscow, Rusia
Lima, Peru.  
New Delhi, India.  
Istambul, Turki
Jakarta, Indonesia


Tingkat kemacetan di Jakarta mencapai 57%. Sementara itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Badan Pengelola Transportasi Jabotabek (BPTJ) pada tahun 2015, menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang masuk ke Jakarta setiap harinya sebanyak 996.000 kendaraan.

Dari jumlah itu, terbesar berasal dari Cikampek dan Jagorawi. High Road Occupancy Rate nya sebesar 69 %, dengan rincian kendaraan masuk dari koridor Bekasi 38%, Depok dan Bogor 31%, sedangkan yang dari Tangerang 31%. Dampak dari kemacetan yang terjadi di Jakarta, sangat merugikan.

Dari sisi sosial dan ekonomi, kemacetan menimbulkan beberapa permasalahan, di antaranya :
Produktifitas menurun
BBM terbakar sia-sia
Biaya kesehatan meningkat untuk mengobati aneka penyakit dan stress
Polusi udara meningkat
Boros waktu tempuh


Hasil survei BPTJ memberikan gambaran, jika persoalan ini dibiarkan, maka kemacetan yang terjadi di Jakarta akan semakin parah. Penumpukan mobilitas yang terjadi antara penduduk dari dan menuju Jakarta, dapat berdampak pada tingkat produktifitas.

Untuk itu, BPTJ menawarkan solusi agar lalu lintas penduduk Jakarta, serta penduduk kota penyangganya bisa bergerak lebih cepat, jika diangkut dengan LRT atau transportasi massal berbasis rel.


Transportasi massal mampu mengangkut  dalam jumlah lebih banyak dalam waktu bersamaan, waktu perjalanan yang ditempuh pun juga jauh lebih cepat. 

Seperti diketahui, terdapat beberapa angkutan umum yang kini tengah beroperasi dan menghubungkan Jakarta dan beberapa kota penyangga, seperti bus reguler, kereta api commuter dan Trans Jakarta.

Walau demikian, angkutan massal tersebut ternyata masih belum memenuhi kebutuhan transportasi warga di dalamnya. Sehingga, permasalahan kemacetan di Jakarta masih kita temui, hingga saat ini.


Pembangunan LRT tidak membutuhkan lahan luas. Konstruksi LRT Jabodebek dibangun sejajar dengan jalan tol dalam kota, ruas Jakarta-Bekasi serta jalan tol Jagorawi.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kebutuhan pembebasan lahan, yang seringkali menghambat proses pembangunan. Sebagian besar lahan di sisi kanan dan kiri jalan tol, masih berada di bawah kewenangan Pemerintah Daerah, Pusat ataupun Badan Usaha Milik Negara, sehingga memudahkan proses perizinan dalam penggunaan lahan tersebut.


Pemanfaatan sisi jalan tol, jalur ini dapat membangkitkan perekonomian di wilayah sekitar jalan tol. Dengan adanya stasiun-stasiun yang dibangun berdekatan dengan jalan tol, mampu memancing peluang bisnis baru yang dibaca oleh para pengembang untuk membuat hunian, perkantoran, apartemen dan pusat bisnis lainnya, sebagai bentuk implementasi dari konsep Transit Oriented Development (TOD).


Beberapa kawasan hunian vertikal yang kini berdiri seiring dengan pembangunan LRT Jabodebek adalah kawasan LRT City Urban Signature di daerah Ciracas, Jakarta Timur, LRT City Gateway Park di daerah Jaticempaka, Bekasi, hingga LRT City Royal Sentul Park yang terletak di daerah Sentul, Bogor.


Lintas Pelayanan LRT Jabodebek

Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek kini memasuki tahap pertama dan memiliki tiga lintasan di dalamnya. Lintas pelayanan 1 melintasi Cawang hingga Cibubur sepanjang 12,9 km, dengan stasiun-stasiun di dalamnya, antara lain Cawang, Taman Mini, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti.

Lintasan pelayanan 2 mengakomodir kebutuhan transportasi untuk ruas Cawang-Dukuh Atas sepanjang 11,05 km dengan stasiun yang berdiri di beberapa titik, yakni Ciliwung, Cikoko, Pancoran, Rasuna Said, Setiabudi, Dukuh Atas.

Terakhir, lintas pelayanan 3 meliputi area Cawang-Bekasi Timur yang melewati beberapa stasiun. Salah satu stasiun, yakni Stasiun Halim terintegrasi dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Selebihnya, stasiun berdiri di titik Jatibening Baru, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat, Jatimulya dan Bekasi Timur. Lintasan ini diakhiri dengan keberadaan Depo yang berdiri di daerah Jatimulya untuk mengakhiri perjalanan. Total panjang lintasan pada lintas pelayanan I sepanjang 18,49 km. LRT Jabodebek memiliki total stasiun sebanyak 17 stasiun dengan panjang lintasan 44,43 km.

Pembangunan nantinya akan dilanjutkan dengan tahap kedua, yang terdiri dari lintas pelayanan 4, 5 dan 6. Lintas pelayanan 4 ruas Dukuh Atas-Senayan akan melewati stasiun Gelora Bung Karno hingga Senayan. Lintas pelayanan 5 ruas Cibubur-Bogor akan memiliki 5 stasiun, yakni stasiun Cibinong, Sentul, Sentul City, Bogor Raya, dan Depo Bogor. Lintas pelayanan 6, meliputi Dukuh Atas-Palmerah-Tomang-Grogol. Pada tahap kedua, LRT Jabodebek akan mengakomodir kebutuhan transportasi berbasis rel sejauh 39 km dengan total 8 stasiun. Keseluruhan panjang lintasan yang ada di fase pertama dan kedua, ialah 83,43 km.



Desain Stasiun Futuristic  

Sebagai sentra pergerakan pengguna LRT Jabodebek atau lokasi yang digunakan untuk proses naik turunnya penumpang, desain stasiun dibuat futuristic. Di samping untuk menciptakan kenyamanan, kemudahan dan kecepatan dalam layanan, bahan baku yang digunakan juga ramah lingkungan, sehingga tidak hanya baik untuk para pengguna tapi juga sekitarnya.

Teknologi sandwich panel juga digunakan pada LRT Jabodebek, serta didukung dengan penggunaan teknologi girder berbentuk U (U-Shape Girder) yang diadaptasi dari Systra Prancis. Teknologi ini dipilih didasari dengan keterbatasan luasan lahan yang digunakan, sehingga desainnya ramping, sesuai dengan ketersediaan ruang di Jakarta dan lahan yang tersedia.


Bangunan Tahan Gempa

Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara rawan gempa. Untuk mengantisipasi dampak gempa, LRT Jabodebek dibangun dengan teknologi Lead Rubber Bearing (LRB), yakni teknologi pengembangan dari Elastomeric Bearing (EB) yang berfungsi untuk mengisolasi struktur jembatan dari pergerakan tanah akibat gempa.

Selain itu, juga digunakan teknologi U-Shaped Girder, suatu perangkat yang dipakai untuk menjaga posisi lateral rel namun tetap membebaskan gerakan longitudinal yang terjadi saat gempa bumi, serta Seismic Detector & Alarm System (SDAS), yakni perangkat yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya gempa dan memberikan informasi yang efektif mengenai gempa bumi. 

Sedangkan penggunaan Lead Core Rubber Bearing & Clamping Device akan mendeteksi perilaku struktur ketika terjadi gempa. Struktur LRB Clamping Device digunakan untuk mengatasi keterbatasan ruang dalam pembangunan prasarana LRT Jabodebek, struktur yang kuat serta ramping tentunya sangat dibutuhkan terutama di kota Jakarta yang padat. Oleh karena itu, struktur U-shaped yang dilengkapi dengan Lead Core Rubber Bearing (LRB) digunakan.



Spesifikasi Fasilitas Operasi

Rel LRT dibangun dengan lebar 1.435 mm dengan desain kecepatan maksimal 90 km/jam. Sementara kecepatan yang ditetapkan dalam operasional LRT adalah 80 km/jam.

Sedangkan lebar badan kereta 2.665 mm, tinggi kereta 3.600 mm. Kapasitas kereta dalam keadaan normal bisa menampung 740 penumpang, sedangkan dalam keadaan padat mampu mengangkut 1.308 penumpang. Konfigurasi kereta didesain 174 penumpang duduk, 556 berdiri.

Signaling System Moving block CBTC akan mengatur headway, jarak antar kereta 3 & 6 menit dikendalikan secara otomatis menggunakan teknologi atau Minutes System Safety Automatic Train Protection (ATP). Perangkat teknologi tersebut dapat bergerak otomatis karena dipasang Main Control Communication (MCC) yang disalurkan melalui kabel Fiber Optic.

Devices Telephone Public Address System Radio Passenger Information Display System Clock CCTV Capacity of Traction Substation 6 MW/ 3 MW.  Distribution Voltage 20 kV Traction Voltage 750 VDC Traction Distribution Power 3rd Rail Supervision and Control SCADA System Ticketing Automatic Founding Machine Ticket E-money SmartCard



Rencana Operasi LRT Jabodebek 

LRT Jabodebek akan beroperasi pada tahun 2022. LRT Jabodebek diyakini dapat menghemat waktu tempuh. Perjalanan dari Stasiun Harjamukti – Cawang – Dukuh Atas sejauh  26 km dapat ditempuh dengan waktu 39 menit dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Bila menggunakan kendaraan mobil pribadi memakan waktu 2 - 3 jam.

Itu sebabnya, masyarakat pengguna mobil pribadi harus benar-benar memanfaatkan hadirnya LRT Jabodebek, karena di samping waktu tempuhnya jauh lebih cepat, juga aman, nyaman dan harga tiketnya terjangkau.


Integrasi Antarmoda Transportasi

Nantinya, stasiun LRT Jabodebek akan terintegrasi dengan moda transportasi kereta komuter. Integrasi ini dapat dinikmati pelanggan di beberapa stasiun Mulia Dukuh Atas, Cawang dan stasiun lain. Selain dengan KA komuter, juga akan terintegrasi dengan bus Trans Jakarta, bus regular, metro mini, angkutan kota dan angkutan online lainnya.

Integrasi stasiun LRT dengan moda lain yang melayani stasiun lintas 1 dari TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti. Lintas  2, Cawang, Ciliwung, Cikopo, Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, Setia Budi, Dukuh Atas. Lintas 3 Halim, Jatibening Baru, Cikunir 1, Cikunir 2,  Bekasi Barat, dan Jatimulya semua terintegrasi dengan angkutan umum. Diantaranya, BRT, KWK Koasi, BRTJakLingko, KWK Koasi, Metro Mini, Kopaja, Bus AKAP yang terafiliasi dengan jaringan Jak Lingko. BRT JakLingko,  Angkot Royal Trans, angkot reguler, Kopaja, Trans Patriot dan Koasi.

Sesuai  Peraturan Presiden No. 98 tahun 2015 serta dalam perubahannya menjadi Peraturan Presiden No. 65 tahun 2016 & Presiden No. 49 tahun 2017 DKI Jakarta Potensial Untuk  Diintegrasikan. 

Baca Juga :

Duet ET-Puan Pada Pilpres 2024
  • Senin, 16 Mei 2022 - 17:30 WIB
Merger Pelindo Kabar Baik Untuk Pelabuhan Patimban
  • Sabtu, 25 September 2021 - 12:33 WIB

Leave a Comment