Membangun Peradaban Melalui KA Trans Sulawesi

radarikn.id
  • Akhmad Sujadi Pemerhati Transportasi
  • Kamis, 22 Juli 2021 - 09:39 WIB | Oleh: Akhmad Sujadi, Pemerhati Transportasi

Pembangunan kereta api (KA) Trans Sulawesi  dari Makasar-Parepare menjadi legacy pemerintahan dibawah Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin. Pembangunan KA di luar Jawa dan Sumatera  untuk pertama kalinya  ini dibangun dengan serba baru, bukan dengan barang bekas baik kereta maupun bahan konstruksi semua baru dan bukan tambal sulam.

Pembangunan  KA di Sulawesi Selatan (Sulsel)   menggunakan track  baru, lintas baru, bukan tinggalan penjajah ini betul-betul legacy dari Pemerintahan sekarang.

Pembangunan infrastrukutur perkeretaapian yang merambah Indonesia Timur ini menunjukkan,  pembangunan perkeretaapian  di Indonesia tidak Jawa sentris. Semua pulau besar seperti Kalimantan, Bali, dan Papua nantinya akan menyusul dibangun KA. Pembangunan  jaringan  KA Trans Sulawesi  yang  diawali dari Sulsel nantinya akan meningkatkan  ekonomi di Sulawesi.

Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (Ditjenka) pada awalnya mendelegasikan pembangunan perkeretaapian  Sulsel kepada UPT Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Jawa Bagian Timur.

Namun sejak Juni 2021 telah berdiri BTP Sulawesi Selatan. Pembentukan BTP Sulsel merupakan bentuk keseriusan dan tanggung jawab  Ditjenka dalam pembangunan Perkeretaapian Umum Makasar-Parepare.

Pembangunan Perkeretaapian Umum  Makasar – Parepare memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulsel sebagai daerah paling maju dibidang ekonomi dibanding wilayah lain di Pulau Sulawesi.

Infrastruktur perkeretaapian Sulsel melengkapi infrastruktur  transportasi  laut, udara  dan transportasi darat jalan raya. Dengan adanya KA di Sulsel akan terjadi peningkatan PDB, memberikan nilai manfaat sosial sebesar Rp 2,51 Triliun dengan Economic IRR sebesar 22,98% bagi ekonomi Sulsel.

Selama masa konstruksi proyek infrastruktur perkeretaapian  Makasar-Parepare telah dan akan terus memberikan kontribuasi penyerapan tenaga kerja dengan estimasi  memberdayaan 6.164 lapangan kerja secara langsung higga pekerjaan itu selesai yang ditargetkan pada 2024.

Pekerjaan konstruksi telah dimulai sejak 2015 dan akan berlanjut hingga 2024 memberikan kontribusi kepada daerah untuk  pekerja lokal dalam penyediaan lapangan kerja.

Pembangunan jalur KA Trans Sulawesi yang menggunakan lebar rel 1435 mm, rel R60 dengan penambat elastis berstandar internasional, menunjukkan anak bangsa mampu membanguan perkeretaapian modern berkelas dunia. Jalur KA sepanjang 142 km dengan 16 stasiun ini nilai kebutuhan tanah seluruhnya mencapai 7.113 bidang masih proses konstruksi. 

Konsep kelembagaan penyelenggaran  Perkeretaapian Umum Maksar-Parepare merupakan pertamakali dengan model Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) yang menggandeng  PT Celebes Railway Indoesia (CRI).

PT CRI merupakan perusahaan konsorsium,  gabungan perusahaan swasta nasional, swasta asing, perusahaan infrastruktur nasional BUMN Konstruksi- PT Perusahaan Perumahan (Persero) PP-Tbk, PT BUMI KARSA dan  CCCEI- IRODA MITRA.

Dalam skema KPBU tersebut PT  CRI akan terlibat dalam  pembangunan, pemeliharaan dan operasional prasarana. Sedangkan operator Sarana belum ada lelang maupun penugasan kepada BUMN. Jadi baru terselenggara untuk pelayanan infrastrukturnya saja, sedangkan operator yang mengoperasikan Sarana KA belum ditentukan.

Dasar pekerjaan pelaksanaan kegiatan investasi dan pembangunan fisik atas  Perjanjian Kerjasama Kementerian Perhubungan dengan PT. Celebes Railway Indonesia (CRI) tentang Penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian Umum Makasar-Parepare dengan KPBU  diteken tanggal 5 April 2019 dan diperbaharui pada 2020. Skema KPBU dalam bentuk Desain-Build-Finance-Transfer-Operate-Maintain(DBFTOM) untuk jangka waktu 18 tahun.

Izin usaha penyelenggaraan prasarana Perkeretaapian Umum Makasar-Parepare untuk PT CRI telah keluar dengan No. KM. 72 Tahun 2021. Pembangunan fisik infrastruktur perkeretaapian  Makasar-Parepare, Sulsel dimulai tahun 2015,  direncanakan sudah beroperasi secara penuh seluruh lintas dari Makasar-Parepare pada 2024 mendatang.

Pembangunan KA Sulsel merupakan pembuktian karya anak bangsa, dari desain, konstruksi, InsyaAllah operasi  menggunakan tenaga ahli para insinyur dalam negeri. Komponen bantalan, persinyalan, penambat, kereta semua produk lokal buatan anak bangsa. Hanya saja rel harus menggunakan produk luar negeri karena Indonesia tidak membikin rel KA.

Upaya penggunaan local content perlu dan patut dicontoh, dari material konstruksi, signaling, dan  keretanya (perlu didorong dengan  keras) untuk memproduksi sendiri. Kereta Rel Disel KRD yang didesain kekikinian produk PT INKA Madiun sangat membanggakan untuk melayani rakyat sendiri.

Konsep pemisahan operator Sarana  operator Prasarana bisa diterapkan  di KA Trans Sulawesi. Operator Prasarana sudah ditangani PT CRI, perusahaan konsorsium yang dipimpina BUMN anak bangsa PT PP (Persero) Tbk, hal ini menunjukkan kemajuan pengelolaan prasarana yang independen yang akan memberikan warna dalam pengelolaan perkeretaapian negeri. Trans Sulawesi akan menjadi role model d implementasi UU 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.



Operator Sarana

Dalam menentukan operator baik prasarana maupun operator Sarana Pemerintah telah menawarkan konsep kerjasama pemerintah-swasta dengan skema  Badan Usaha Prasarana (BUP) dan  Badan Usaha Sarana (BUS). BUP Perekeretaapian Makasar-Parepare sudah dikerjakan oleh PT CRI, perusahaan konsorsium yang membangun, merawat dan mengoperasikan prasarana dengan masa konsesi 18 tahun.
Dalam konsepnya BUS nantinya merupakan perushahaan Sarana yang harus mampu untuk  pengadaan lokomotif, kereta untuk penumpang dan gerbong untuk menyelenggarakan angkutan logistik atau angkutan barang. Untuk perusahaan Sarana hingga saat ini  belum ditentukan operatornya.

Saat ini BUS di Jawa dan Sumatera operatornya PT Kereta Api Indonesia (Persero) – KAI. Untuk Sulawesi, kabarnya  akan dilakukan lelang.
Hingga saat KAI merupakan satu-satunya operator Sarana yang sekaligus menjadi  operator Prasarana  perkeretaapian yang dikelola Ditjenka.

Kabarnya untuk calon operator Sarana sudah ada 2 perusahaan. Perusahaan Sarana tersebut kabarnya dari  anak perusahaan PT INKA (Persero) Madiun dan anak perusahaan PT LEN Industri (Persero), yang  akan mengkiuti lelang.

Melalui KA Trans Sulawesi, kita tunggu perkeretaapian negeri dengan konsep  multi operator di bumi angin mamiri yang diharapkan ke depan dapat membangun kesadaran, membangun peradaban menuju peradaban Indonesia yang  maju dan sejahtera. 

Leave a Comment