
Didiek Hartantyo Ungkap Kunci Transformasi KAI di Forum Meet The Leaders Universitas Paramadina

- Meet The Leaders ke-8 menghadirkan Dr. Didiek Hartantyo, SE., MBA, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Periode 2020 – 2025, dengan tema besar “Rel Kesuksesan: Kisah Transformasi KAI Menjadi Ikon Kebanggaan Negeri”. Acara diadakan secara offline bertempat di Universitas Paramadina, Kampus Kuningan, Trinity Tower Lt. 45, dipandu oleh Wijayanto Samirin, selaku host program pada Sabtu (20/9/2025)
Jakarta, RADARIKN – Melalui program Meet The Leaders, Universitas Paramadina secara rutin menghadirkan sosok-sosok pemimpin yang telah berhasil melakukan perubahan signifikan dan memberikan inspirasi di bidangnya masing-masing. Meet The Leaders ke-8 menghadirkan Dr. Didiek Hartantyo, SE., MBA, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Periode 2020 – 2025, dengan tema besar “Rel Kesuksesan: Kisah Transformasi KAI Menjadi Ikon Kebanggaan Negeri”. Acara diadakan secara offline bertempat di Universitas Paramadina, Kampus Kuningan, Trinity Tower Lt. 45, dipandu oleh Wijayanto Samirin, selaku host program pada Sabtu (20/9/2025)
“Melalui forum Meet The Leaders, kami ingin mahasiswa dan publik belajar langsung dari tokoh-tokoh nasional yang telah membuktikan dirinya di dunia nyata. PT KAI adalah salah satu contoh nyata bahwa perusahaan BUMN pun bisa bertumbuh menjadi world class company jika dipimpin dengan arah yang jelas dan berani berinovasi” tutur Wijayanto dalam pengantarnya.
Dalam paparannya, Dr. Didiek membagikan pengalaman nyata bagaimana PT KAI berhasil keluar dari berbagai tantangan hingga mampu menjelma sebagai perusahaan transportasi publik yang modern, inovatif, dan berkelas dunia. Ia menekankan bahwa fondasi transformasi berawal dari independensi pengambilan keputusan. “Seorang pemimpin di posisi strategis harus berani menegakkan independensi. Tidak bisa diintervensi, karena dari sanalah integritas dan keberhasilan awal akan lahir,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan pentingnya berpegang pada core business, sehingga perusahaan tidak terbebani utang akibat diversifikasi berlebihan. Di sisi lain, governance process yang kuat juga menjadi pilar penting untuk membangun integritas dalam setiap lini proses bisnis. Didiek juga menekankan pentingnya budaya kerja extraordinary.
Menurutnya, transformasi mustahil terwujud jika semua hanya bekerja ‘biasa-biasa saja’. Dibutuhkan keberanian keluar dari zona nyaman, membangun tim dengan growth mindset, menetapkan target realistis, serta memiliki kedisiplinan tinggi dalam menangani persoalan strategis.
Salah satu poin menarik dari pemaparan Didiek adalah bagaimana KAI tetap menjaga keberlangsungan perusahaan dan kesejahteraan pegawai saat pandemi Covid-19. Meski mencatat kerugian Rp1,7 triliun pada 2020, KAI tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). “Bagi kami, pegawai adalah aset berharga yang harus tetap dijaga kesejahteraannya, bahkan dalam situasi krisis” tegasnya.
Setelah masa sulit tersebut, performa KAI justru melesat. Pendapatan meningkat signifikan, dari Rp12,64 triliun pada 2016 menjadi Rp35,9 triliun pada 2024. Laba perusahaan juga mencapai Rp2,2 triliun pada 2024 dengan pertumbuhan kumulatif 9,3%. Sementara itu, EBITDA KAI mencatatkan angka kumulatif 14,5%, salah satu yang terbaik di antara perusahaan BUMN. “Jika ada pertanyaan mengapa laba tidak melonjak setinggi pendapatan, hal itu karena sebagian besar income tergerus untuk pembayaran utang proyek Kereta Cepat” jelasnya.
Transformasi KAI juga terlihat dari peningkatan keselamatan dan pelayanan. Jika pada 2015 tercatat 53 kecelakaan kereta, pada 2024 angka itu turun drastis menjadi hanya 8 kejadian. Tingkat kecelakaan kerja pun berkurang hingga hanya 4 kasus dalam setahun.
Di sisi pelayanan, KAI berhasil mencatat on time performance (OTP) yang mendekati standar global, dengan keberangkatan mencapai 99,77% dan kedatangan 96,05%. “Capaian ini hanya kalah dari Jepang dan Singapura. Jika KAI hanya mengoperasikan kereta cepat, saya yakin ketepatan waktunya bisa mencapai 100%” tutur Dr. Didiek.
Sejumlah inovasi juga diperkenalkan dalam perjalanan transformasi KAI. Pada masa pandemi, KAI memperbarui logo perusahaan dan menyeragamkan identitas seluruh anak perusahaan, sehingga tercipta satu budaya korporasi yang kuat. Selain itu, kecepatan kereta berhasil ditingkatkan dari 100 km/jam menjadi 120 km/jam, yang berdampak pada efisiensi rotasi sarana dan peningkatan pendapatan.
KAI juga meluncurkan sistem face recognition untuk tiket pada 2022, bekerja sama dengan Dukcapil, guna memberikan pengalaman perjalanan yang lebih praktis dan aman. Tak ketinggalan, KAI memperkenalkan Kereta Panoramic yang segera menjadi favorit generasi muda, khususnya Gen Z yang gemar bepergian dan mengeksplorasi pengalaman baru.
Leave a Comment