
Sekolah Mandiri Sampah’: Sarana Edukasi dan Sosialisasi Perubahan Iklim
- Edukasi lingkungan dan sampah kepada siswa (Sumber: Dokumen Pribadi)
Malang, RADARIKN -- Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Brawijaya meluncurkan rancangan program ‘Sekolah Mandiri Sampah’ melalui sosialisasi kepada seluruh komponen pendidikan yang dituju mulai dari murid, wali murid, guru hingga staff.
Pada program kali ini, Tim menggandeng
sekolah binaan yaitu Beta Islamic Eco School yang bertempat di Desa Pakis Kembar, Dusun Tegal Pasangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang (30/8/2025). Sekolah binaan yang dipilih
ini merupakan institusi pendidikan yang setara dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak Kanak (TK).
Konsep ‘Sekolah Mandiri Sampah’ inisiasi Tim Pengabdian Masyarakat yang diketuai oleh Lia Nihlah Najwah. S.IP ., M.Si. ini lahir dari adanya kesadaran bahwa masalah perubahan iklim dan lingkungan, khususnya yang disebabkan oleh penumpukan sampah, bukan hanya sekedar soal kotor dan bau. Melainkan soal bagaimana residu dari kegiatan kita sehari hari dapat menyebabkan dampak signifikan terhadap bumi apabila tidak dikelola dengan baik.
Hal yang sama pun terjadi di Desa Pakis Kembar, salah satu wilayah di Kabupaten Malang yang menghadapi permasalahan serupa terkait penumpukan sampah dan limbah yang cukup serius. Hal ini kemudian diperparah ketika banyak masyarakatnya masih terjebak pada pola pikir yang menganggap bahwa sampah adalah ‘masalah’ menjadi tantangan tersendiri. Padahal, di balik tumpukan itu, tersimpan potensi besar untuk dimanfaatkan.

Dengan basis persoalan tersebut, tim
Pengabdian Masyarakat menyasar anak anak sebagai kelompok yang dirasa paling mudah untuk menginternalisasikan pola pikir, dalam konteks ini pelestarian lingkungan, yang dilakukan melalui sosialisasi dengan konsep ‘Sekolah Mandiri Sampah’ di Beta Islamic Eco School.
Program ini menggabungkan edukasi tentang perubahan iklim dan pengelolaan sampah berkelanjutan dalam satu kegiatan interaktif. Sehingga melalui sosialisasi, siswa, guru, dan wali
murid diajak untuk memahami bahwa sampah bukan sekadar limbah tak berguna, tetapi sumber daya yang bisa diolah kembali menjadi barang dengan nilai guna.
Melalui program ini pula, warga sekolah diajak untuk memahami sekaligus mempraktikkan cara sederhana namun bermakna untuk mengelola sampah.
Aktivitas dalam sosialisasi ini dibagi menjadi dua, dimana wali murid dan guru mengikuti sosialisasi langsung yang dipaparkan oleh ketua Tim Pengabdian Masyarakat, Lia Nihlah Najwah. S.IP ., M.Si., sedangkan para murid mendapatkan edukasi tentang sampah melalui permainan edukatif dan mewarnai.
Dalam sosialisasi yang berlangsung bersama wali murid, mereka belajar bagaimana aktivitas manusia termasuk kebiasaan membuang sampah sembarangan berdampak langsung
terhadap bumi melalui penghasilan jejak karbon.
Oleh sebab itu dibuatlah konsep ‘Sekolah
Mandiri Sampah’ sebagai upaya kecil kolaborasi antara siswa dan wali murid untuk menyukseskan tujuan pelestarian lingkungan pada anak anak dan institusi pendidikan.
Dalam konsep ‘Sekolah Mandiri Sampah’ ini, Beta Islamic Eco School diajak untuk menerapkan ide ‘Celengan Sampah’ sebagai mekanisme sederhana pengelolaan sampah. Pada mekanisme ini sampah anorganik akan diolah menjadi kompos, dengan alur wali murid mengumpulkan sampah organik mereka rutin setiap hari untuk dibawa kesekolah dan disetorkan dalam komposter yang disediakan sekolah.
Sedangkan alur pengelolaan pada sampah anorganik adalah wali murid menyetorkan sampah anorganik (khususnya botol plastik) setiap hari Jumat ke dalam plastic cage yang disediakan oleh sekolah. Hasil dari pengumpulan sampah anorganik ini kemudian dapat dimanfaatkan menjadi dua cara, yang pertama untuk kerajinan dan sarana kreativitas siswa, dan yang kedua untuk dijual ke pengepul plastik agar hasil penjualan dapat digunakan untuk kegiatan sosial dan biaya mandiri sekolah.
Program ini dirasa cukup efektif untuk memberikan inovasi baru dalam pengelolaan sampah. Hal ini dapat terlihat pada antusiasme siswa yang cukup besar untuk dapat berperan meskipun hanya sekedar membuat kerajinan dan mengikuti kegiatan edukasi interaktif melalui
aktivitas mewarnai.
Selain itu, konsep ‘Sekolah Mandiri Sampah’ juga mendapatkan feedback yang sangat baik dari wali murid Beta Islamic Eco School. “saya rasa kegiatan ini bagus karena bisa mempersiapkan anak mandiri sejak dini dan membekali anak menjadi generasi yang peduli akan lingkungan” ujar Septalia Puspita, salah satu wali murid yang memberikan ulasan baik terhadap program.
Selain itu harapan yang tinggi akan keberlanjutan ‘Sekolah Mandiri Sampah’ ini juga disampaikan oleh wali murid, Umi Kulsum “semoga kegiatan ini akan terus berjalan sehingga kegiatan ini bisa menjadikan contoh untuk para masyarakat sekitar untuk ikut sadar akan besar sekali dampak dari limbah sampah yang tidak dikelola dengan baik, sehingga mereka bisa ikut menyukseskan kegiatan rumah edukasi sekolah mandiri sampah ini” ujarnya.

Leave a Comment