Puncak dan Akuntabilitas Pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri 

radarikn.id
  • Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si. (Foto: Ist)
  • Jumat, 13 Oktober 2023 - 14:30 WIB | Azkayra

Jakarta, RADARIKN -- Gaya atau style bisa menjadi suatu ciri khas yang menunjukan suatu karakter. Karakter dapat dipahami dari adanya: Integritas, Komitmen, Kompetensi dan Keunggulan. Ke empat point tersebut berbasis pada keutamaan untuk menunjukan gaya atau style.    

Gaya pendidikan di Sespim Lemdiklat Polri untuk tingkat pertama, menengah maupun tinggi menunjukan karakter sebagai pendidikan yang keutamaannya sebagai berikut :

1. Moralitas

2. Kesadaran, tanggung jawab dan disiplin

3. Kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban

4. Profesional, cerdas, bermoral dan modern

5. Menjadi ikon kebhinekaan, toleransi, anti korupsi dan anti narkoba

Keutamaan di atas menunjukan karakter yang ditunjukan adanya :

1. Integritas yang menjabarkan ke lima keutamaan, yang terefleksi dalam proses pembelajaran 

2. Komitmen menjadi suatu wujud patriotisme di dalam lembaga pendidikan

3. Kompetensi dibangun berbasis pada passion sebagai aparatur negara dalam memberikan pelayanan kepada publik

4. Keunggulan merupakan hakekat point 1, 2 dan 3 yang berbeda dan memiliki standar lebih di atas rata rata yang kreatif, inovatif dan produktif.

Point point di atas menjadi gaya pembelajaran  Sespim Lemdiklat Polri yang memiliki program program unggulan :

1. Leadership literation

2. Leader branding

3. Dialog kebangsaan

4. Media management

5. Forum : 

  • Babhinkamtibmas,
  • International Policing,
  • Boarder Policing,
  • Art Policing, 
  • Cooling System,
  • Maritime Policing,
  • Road Safety Policing, 
  • Safety and Security, 
  • Emergency and Contigency Policing, 
  • Smart Policing,
  • Smart City, 

6. Pengabdian masyarakat dalam konteks social engineering atau rekayasa sosial yang berkaitan dengan kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban

7. Leader Expo sebagai puncak proses pembelajaran yang ditunjukan oleh para pembimbing, mentor dan peserta didik sebagai pertanggungjawaban moral selama mengikuti pendidikan

Pembelajaran secara akademik, olah rasa, olah jiwa dan olah raga semua dilakukan dalam suatu model dialog peradaban berbasis pada merit system 

LEADER EXPO

Apa itu leader expo? Leader expo merupakan puncak pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri, para serdik memamerkan atau menunjukan kualitas serta produknya selama mengikuti pendidikan di Sespim. Para serdik menunjukan track record dengan menggunakan media ataupun secara langsung yang siap didebat atau mempertahankan pemikiran dan model model kebijakannya sebagai pemimpin yang transformasional. Mengapa dengan leader expo? Leader Expo merupakan :

1. Bentuk ankuntabilitas serdik, patun, WI dan staff dalam proses belajar mengajar

2. Ekstrak model terbaik dari berbagai sekolah

3. Ruang bagi serdik untuk membranding pemikiran dalam berbagai model implementatif yang menjadi keunggulannya

4. Bagian dari dialog peradaban

5. Mendukung program literasi

6. Memberi inspirasi

7. Mendorong serdik untuk melakukan pengembangan, kebaruan, kebaikan, dan perbaikan

8. Transparansi 

9. Pengembang manajemen media dan intelejen media melalui smart policing dalam mendukung SPBE ( sistem pemerintahan berbasis elektronik )

10. Mendidik dan melatih serdik profesional, cerdas, bermoral dan modern

Sementara itu model penilaian Leader Expo mencakup, Kebaruan, Kemanfaatan, Implementatif, Keunggulan, Inspiratif, Akuntabilitas, Keberanian, Dialog/komunikasi, Logika serta Kreatifitas dan seni

MODEL UJIAN MELALUI PRA LEADER EXPO

Ujian di dalam kelas adalah sesuatu yang biasa dan bisa berdampak pada captive mind. Di era digital demgan hadirnya AI bagi pemimpin ujian ada di semua lini kehidupan kapan saja, di mana saja, siapa saja bisa mengganggu keteraturan sosial. Ujiannyapun berkaitan dengan langsung kebijakan yang akan diambilnya dan bisa hitungan detik viral ke mana mana. 

Sejalan dengan perubahan yang begitu cepat maka sistem ujian di Sespim akan diselenggarakan dalam suatu expo yang berupaya membangun suatu latihan pamer atas intelegensia dan kemampuan menghadapi berbagai masalah yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. 

Ide-ide gagasan yang dituliskan para peserta didik menjadi suatu model pemolisian (model policing) dalam situasi emergency maupun contigency. Langkah langkah sistematis dan strategis yang dapat dilakukan secara proaktif dan problem solving.

Leder expo dapat dibuat yang berkaitan:

A. Model kepemimpinan yang dilatihkan dan dikembangkan di Sespim setidaknya model kepemimpinan yang transformatif yang dapat dikategorikan :

  1. Visioner
  2. Berkarakter : Kompeten, Intergritas, Komitmen, Konsekuen dan Diunggulkan
  3. Berani Belajar dan Memperbaiki Kesalahan di Masa lalu
  4. Siap di Masa Kini
  5. Mampu Menyiapkan Masa Depan yang Lebih Baik
  6. Inspiratif
  7. Ikon Perubahan
  8. Bermoral
  9. Komunikatif
  10. Transparan dan Akuntabel

B. Harapan mewujudkan keunggulan alumni Sespim Lemdiklat Polri sebagai Pemimpin di masa depan yang :

  1. Memiliki karakter kepemimpinan transformasional, yang dibangun berbasis moralitas dengan kesadaran, tanggung jawab dan disiplin dalam kejujuran, kebenaran dan keadilan
  2. Memiliki wawasan kebangsaan dan jiwa patriotisme
  3. Memiliki pemahaman keutamaan polisi dalam pemolisiannya
  4. Memiliki wawasan dan pemgetahuan serta kampuan menghadapi era global, era digital maupun era kenormalan baru
  5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan manajerial maupun operasional dalam menghadapi situasi krisis/ fakta brutal / situasi emerjensi maupun kontijensi
  6. Memiliki keberanian untuk belajar dan memperbaiki kesalahan di masa lalu
  7. Memiliki kesiapan menghadapi ancaman, tantangan, tuntutan, harapan dan kebutuhan di masa kini
  8. Memiliki kemampuan untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik
  9. Mampu menjadi ikon petugas yang profesional, cerdas bermoral dan modern
  10. Mampu membangun kepercayaan publik, dalam mendukung keamanan dalam negeri dan pembangunan nasional

C. Polisi dalam pemolisiannya yang profesional, cerdas, bermoral dan modern dapat dikategorikan sebagai berikut: 

1. Polisi dan Pemolisiannya berbasis pada Ilmu Kepolisian

2. Membangun danengembangkan model pemolisiannya berbasis pada corak masayarakat dan kebudayaannya

3. Inisiatif anti korupsi dengan membangun sistem distem on line yang bernasis elektronik ( back office, application yangvsetidaknya berbasis Ai dan network yang berbasis IoT) 

4. Membangun birokrasi yang profesional Berbasis kinerja atau kompetensi dan pendekatan impersonal

5. Profesionalismenya berbasis SOP yang mencakup: Bekerja sesuai dengan Job description dan job analysis, Ada standardisasi keberhasilan sebagai ukuran standar keberhasilam pelaksanaan tugas, Ada sistem penilaian kinerja, Ada sistem reward and punishment yang fair, Ada etika kerja ( apa yg hrs dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan)

6. Membangun budaya anti korupsi dalam birokrasi: Ada core value yang menunjukan keutamaannya, Keteladanan dari pimpinan, senior dan lain-lain, Pendekatan impersonal/ erbasis kompetensi, Sistem managerial yang berbasis perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian yang berbasis pada profesionalisme, Penerapan SOP secara baik dan benar, serta Kepemimpinan yang transformatif.

7. Sistem pengawasan dan akuntabilitas: Dari sistem on line yang berbasis elektronik, Penerapan SOP, Mentoring, Sistem laporan, Waskat, Sistem audit dan akuntabilitas kinerja

8. Penegakan hukum: Penyelidikan, Penyidikan, Pertanggungjawaban dan rehabilitasi sosial

9. Keutamaan polisi dalam pemolisiannya untuk : Kemanusiaan, Keteraturan sosial, Peradaban

9. Strategi strategi pemolisiannya mencakup: Akademis, Yuridis, Sosiologis, Operasional, Soft power dan smart power, Politis

10. Menerapkan Smart Policing yang mengharmonikan antara : Conventional policing, Electronic policing dan Forensic Policing

D. Model pemolisian dapat di kategorikan yaitu: Berbasis wilayah, Berbasis kepentingan/fungsional dan Berbasis dampak masalah (akar masalah bukan pekerjaan polisi namun tatkala menjadi masalah sosial akan menjadi urusan kepolisian) yang ditangani lintas wilayah, lintas fungsi dan lintas pemangku kepentingan. Model implementasi pemolisian berbasis wilayah dikenal dengan istilah Asta Siap. 

Asta Siap merupakan delapan (8) kesiapan yang dapat dijadikan acuan pemolisian berbasis dampak masalah melalui satuan-satuan tugas yang saling terpadu. Pemolisian berbasis dampak masalah ini dapat dikategorikan sebagai pemolisian yang bersifat khusus atau kontijensi. Penjabaran dari Asta Siap yaitu:

1. Siap Piranti lunak : 

Piranti-piranti lunak mencakup undang-undang/ peraturan-peraturan termasuk petunjuk-petunjuk sebagai payung hukum dan pedoman-pedoman untuk  mengimplementasikan tugas-tugas pada satuan-satuan tugas antara lain: Rencana operasi , Rencana kontijensi (aman nusa 1 model / pola pengamanan: bencana, aman nusa 2 model / pola pengamanan: konflik sosial, aman nusa 3 model / pola pengamanan: teror bom), direktif latpraops, kegiatan asistensi, supervisi. Perintah pelaksanaan operasi yang berisi:

a. Perencanaan.

b. Pelaksanaan operasi.

c. Surat perintah pelaksanaan tugas  kepada para petugas-petugas kepolisian yang akan mengawaki dan melaksanakan tugas-tugas operasi.

d. Penjabaran tugas bagi pejabat-pejabat dalam operasi.

e. Penjabaran tugas untuk satuan-satuan tugas operasi.

f. Rencana pengamanan pada setiap tahapan operasi yang disesuaikan dengan karakteristik kerawanan daerah (dari setiap kegiatan-kegiatan).

g. Lampiran rencana pengamanan : denah /lokasi yang akan diamankan dari peta wilayah sampai dengan denah-denah lokasi di dalam gedung.

2. Siap Posko yang dapat menjadi pusat K3i (komunikasi, koordinasi, komando dan Pengendalian, informasi).

Yang berisi peta propinsi,  peta-peta kota/kabupaten, dan jejaringnya, Panel situpak (Situasi, Tugas Pokok, Administrasi, Komando dan pengendalian), panel cara-cara bertindak dalam mengatasi kontijensi, panel rengiat, pelaksanaan kegiatan dan hasil kegiatan masing-masing satgas. Tabulasi kegiatan dan kejadian selama operasi.

3. Siap latihan Pra operasi

Latihan sebelum pelaksanaan operasi mencakup Latihan untuk petugas posko,Latihan untuk petugas satuan tugas (satgas):

a. Satgas 1 (yang dilaksanakan fungsi Intel dan Binmas)

b. Satgas 2 (fungsi Sabhara dan Lalu Lintas)

c. Satgas 3 (Brimob)

d. Satgas 4 (penegakkan hukum: fungsi Reskrim)

e. Satgas 5 (pengamanan dan pengawalan VIP/VVIP)

f. Satgas 6 (satgas bantuan : kompi kerangka, administrasi (inspektorat, rorena,rosarpras, bidkeu), operasional (dokes, bidkum, bid Humas, Bid TI, Bid Propam)

g. Satgas 7 (satgas pengamanan yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan intensional)

Latihan untuk menghadapi masalah-masalah kontjensi yang dikonstruksi/dibuat model bervariasi pertahapan operasi

4. Siap kondisi keamanan ketertiban dalam masyarakat (kamtibmas)

Kesiapan kondisi kamtibmas yang dapat dikatakan kondusif dan terkontrol,  dibangun dengan sistem-sistem networking/ jejaring sebagai soft power sampai tingkat komuniti (RT/ RW).

5. Siap masyarakat

Kesiapan masyarakat sebagai mitra dalam menjaga dan memelihara yang memiliki komitmen dan gerakan moral dari para pemangku kepentingan untuk peka dan peduli dalam mencari akar masalah serta menemukan solusi yang tepat dan dapat diterima semua pihak.

6. Siap Personel

Kesiapan personel/ sumber daya manusia (SDM) untuk petugas pada satgas, petugas pada posko dan petugas untuk mengatasi situasi kontjensi.

7. Siap Sarana danprasarana (sarpras)

Kesiapan Sarpras yang digunakan untuk perorangan, kelompok maupun kesatuan yang dapat berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Siap anggaran

Kesiapan anggaran baik untuk Komando dan pengendalian, satgas, tugas-tugas kontijensi (sesuai perencanaan), penggunaan sesuai rencana kegiatan baik pra, saat maupun pasca kejadian, hasil kegiatan, pertanggung jawaban keuangan. Yang didukung dengan dokumen-dokumen.

Asta Siap sebagai model Pemolisian yang berbasis dampak masalah diimplementasikan untuk menangani pra kejadian sebagai bentuk antisipasi, saat kejadian untuk meredakan dan menyelesaikan permasalahan agar tidak meluas dan paska kejadan untuk merehabitasi/ memperbaiki kondisi sosial yang rusak akibat dari berbagai dampak masalah.

Dari model ujian dalam leader expo dapat di elaborasi dalam suatu model berpikir yang merupakan elaborasi pemikiran di atas melalui model smart policing sebagai berikut:

1. Mengharmonikan dan dapat menyatukan antar model pemolisian (policing)

2. Siap memprediksi, menghadapi, merehabilitasi berbagai permasalahan yang mengganggu keteraturan sosial

3. Model pemolisian yang mampu berfungsi untuk lingkungan dan berbagai masalah konvensional, era digital, permasalahan yang berkaitan dengan forensik kepolisian

4. Dapat diimplementasikan tingkat lokal, nasional bahkan global

5. Mengatasi berbagai gangguan keteraturan sosial yang by design

6. Mengatasi keteraturan sosial dalam dunia virtual

7. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan publik secara prima dalam one stop service

8. Prediktif, proaktif dan problem solving

9. Menjembatani dan mengatasi dalam berbagai situasi dan kondisi emerjensi maupun kontijensi

10. Diawaki petugas polisi yang profesional, cerdas bermoral dan modern

 

LEADER BRANDING

Pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri dimulai dari "company profile" yang menjabarkan, Apa keunggulannya, bagaimana proses pembelajarannya dan menjawab mengapa Sespim Lemdilklat Polri itu penting bagi Pemimpin di masa depan. Selain itu juga melatih membranding menjadi siapa dan apa karya-karyanya, Melatih para serdik unjuk prestasi dan dapat menjadi ikon dalam keutamaan Polri.

Apa yang dicita-citakan dan menjadi tujuan lembaga pendidikan Sespim Lemdiklat Polri didukung adanya "Literasi kepemimpinan". Materi pelajaran dengan konteks dan kontens yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pengetahuan membangun karakter pemimpin di masa depan) dengan adanya :Quotes, Referensi pendukung, E jurnal, E book, E library dan sebagainya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengambil kebijakan melainkan juga mengkomunikasikan. Maka dikembangkan program : "Leadership dialog" Podcast tentang pemimpin dan kepemimpinannya

Kemampuan seorang pemimpin ada pada saat menghadapi situasi emergency maupun contigency sehingga policing / pemolisian yang diajarkan atau dilatih dalam bernagai model emergency maupun contigency policing: 

Pola pola pemolisian dalam berbagai situasi dan kondisi krisis, pengambilan keputusan pemimpin untuk mengatasi dan mengembalikan keteraturan sosial yang rusak.

Pemimpin di masa depan wajib memahami "Masdarwis" masyarakat sadar seni budaya dan pariwisata.  Dalam membangun keutamaannya bagi : kemanusiaan, keteraturan sosial maupun peradaban, "cooling system" menjadi salah satu hal yang dapat dibangun melalui : Seni budaya dan pariwisata bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban.

Para pemimpin tidak sebatas linier dan terjebak dalam zona nyaman maka kreatifitas dan inovasi. Hal hal baru dan kebaruan menjadi suatu standar bagi kualitas maupun tingkat keberhasilannya. Pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri tidak sebatas memahami konsep dan teori melainkan juga "studi kasus".

Belajar dari berbagai kejadian atau isu isu penting yang terjadi dalam masyarakat, mencari akar masalah dan solusinya sebagai upaya penanganannya baik pra, saat maupun pasca kejadian.

Sespim Lemdiklat Polri melakukan "Bench marking". Studi banding dalam dan luar negeri. Bench mark luar negeri berdialog dari pendekatan bagaimana :

1. Polisi dalam pemolisiannya melaksanakaan keutamaannya untuk : kemanusiaan dalam mewujudkan dan memeliharara keteraturan sosial yang merupakan suatu peradaban

2. Political will yang berkaitan dengan posisi kepolisian dalam administrasi negara

3. Sistem kepolisian dalam memberikan pelayanan kepada publik : Keamanan, Keselamatan, Hukum, Administrasi, Informasi, Kemanusiaan.

4. Keutamaan atau sebagai core value birokrasi dapat dilaksanakan

5. Networking dan kemitraan dengan berbagai helix / stake holder

6. Kaderisasi kepemimpinan maupun pembinaan karier

7. Sistem edukasi dari pembentukan hingga pengembangannya

8. Membangun ikon dan kebanggaan sebagai esprit de corps yang fair dan sehat sebagai petugas polisi yang menyelenggarakan pemolisian

9. Police act atau hukum kepolisian dan kode etiknya

10. Tatkelola lingkungan kerja secara birokratis maupun secara sosial.

Hal konseptual dan pragmatis saling menguatkan untuk kita bisa mengkonstruksi bagi pengembangan kemitraan maupun menjalin kemitraan.

Kegiatan "bench mark dalam negeri"  dalam dialognya juga merupakan bakti kepada institusi dan kepada masyarakat dalam konteks membangun kualitas kinerja dan profesionalisme TNI, Polri, Kementrian dan Lembaga dalam memberikan pelayanan kepada publik yang berstandar prima.

Apa yang didiskusikan dalam dialog peradabannya mencakup kebijakan dan implementasi : 

A. Kerja TNI, Polri, Kementrian dan Lembaga di dalam ranah birokrasi yang mencakup : Kepemimpinan, Adminstrasi (Kepemimpinan, Pokok pokok manajerial : ren org lak was dal, Pembinaan SDM, Pembinaan Logistik, Pembinaan, Anggaran), Operasional (Rutin, Khusus, Kontijensi, Capacity building, Inovasi dan kreatifitas)

B. Kinerja TNI, Polri, Kementrian dan Lembaga di Ranah Masyarakat

1. Kemitraan 

2. Pelayanan publik. Di lihat pada sentra sentra pelayanan publik dijabarkan konteks: Pelayanan keamanan, Pelayanan keselamatan, Pelayanan hukum, Pelayanan administrasi, Pelayanan informasi, Pelayanan kemanusiaan

3. Pemecahan masalah dan pencegahan

4. Networking atau membangun jejaring

Pekerjaan di ranah birokrasi maupun di ranah masyarakat dapat dilihat bagaimana: 

1. Konteks kebijakannya 

2. Core value dan budaya organisasi

3. Kualitas kinerja

4. Kualitas tingkat kepercayaan publik

5. Konteks keamanan dan rasa aman dikaitkan isu isu penting dalam masyarakat dengan pendekatan gatra yang ada Bisa dikembangkan dengan konteks lainnya yang relevan. Pemimpin itu juga guru yang dapat dikembangkan dalam "Leadership coaching". Dialog Sespim Lemdiklar Polri secara aktual maupun virtual bagi Indonesia majumelalui tema antara lain : Sispam kota, Perbatasan, Konflik sosial, Bhabinkamtibmas, Model-model pemolisian, Pemimpin dan kepemimpinannya, Pengamanan pemilu serentak, Penanganan bencana, Modernisasi Polri, Social engineerin dan sebagainya.

Di era digital kemampuan membangun keamanan dan rasa aman para pemimpin juga wajib memahami " Smart City" sebagai modelnya. Smart City dalam konteks model pemolisian setidaknya mencakup :

1. Adanya Back office, Application yang berbasis Artificial Intellegent dan Net Work yang berbasis Internet of things, yang dapat berfungsi sebagaimana semestinya dan menghasilkan Algoritma maupun indexs safety maupun undexs security

2. Dapat menjadi Pusat K3i ( Komunikasi, Koordinasi, Komando dan Pengenadalian serta Informasi)

3. Dalam pendekatan safety, membangun model " IT for Road Safety" yang mencakup : TMC (Traffic Management Centre) untuk mendukung Road Safety Management, SSC (Safety and Security Centre) untuk mendukung Safer Road, ERI (Electronic Registration and Identification) untuk mendukung Safer Vehicle, SDC (Safety Driving Centre) untuk mendukung Safer People, INTAN (Intellegent Traffic Analysis) untuk mendukung Post Crash.

4. Dalam pendekatan security membangun "Harmoni" : pemeliharaan komunitas ( berbasis wilayah, fungsional maupun dampak masalah ) yang modern dan manusiawi yang diimplementasikan melalui Smart Management dan Smart Operation

5. Diawaki petugas polisi siber ( cyber cops )

6. Didukung Management Media maupun intellegent media

7. Mampu memonitor situasi dan kondisi lalu lintas maupun komunitas terutama pada kawasan black spot, trouble spot atau kawasan kawasan penting lainnya

8. Algoritma Road safety maupun Harmoni yang mampu memberikan prediksi antisipasi dan solusi yang dapat diakses on time dan real time serta any time dalam bentuk : infografis, info statistik, info virtual lainnya.

9. Mendukung Sistem Pengamanan Kota ( Sispam Kota ) melalui smart policing : conventional policing, electronic policing maupun forensic policing

10. Mendukung Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik ( SPBE ) melalui Big Data System dan One Stop Service Sistem dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakan ( pelayanan : keamanan, keselamatan, hukum, administrasi, informasi dan kemanusiaan ).

Yang perlu ditekankan kembali bagi para pemimpin adalah mampu memahami dan membangun cooling system dalam kebijakan kebijannya melalui media dan mengembangkan Art Policing. Pemimpin dalam kebijakannya adalah bijaksana bagi :" Kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban" yang merupakan keutamaannya dalam konteks keIndonesiaan maka:" Seni budaya dan pariwisata merupakam pilarnya".

Di dalam masyarakat konflik dan berbagai hal yang kontra produktif akan merusak menghambat bahkan mematikan produktifitas. Kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban rusak akibat terjadinya berbagai hal yang kontra produktif antara lain : Propaganda yang menyesatkan dan mengadu domba yang dibumbui ujaran ujaran kebencian dengan memanfaatkan primordialisme, Pemberitaan dan informasi hoax, Pembenaran yang mengalahkan kebenaran dengan pemutarbalikan fakta, Black campaign, Premanisme di berbagai bidang.

Banyak hal lain yang dilakukan untuk pembodohan dan mengobok obok opini publik yang berujung konflik sosial dan chaos. Di dalam "Art policing" atau pemolisian dengan pendekatan seni budaya dan pariwisata membangun cooling system untuk menyadarkan, memberdayakan dan mengcounter atas hal hal yang kontra produktif di atas dengan daya nalar/ logika yang waras agar kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban tetap terjaga.

Art policing untuk adanya cooling system dapat dilakukan melalui media untuk : Menyadarkan, menginspirasi, memotivasi, memberi solusi, mencounter issue hoax dan menghibur.

Management media menjadi jembatan hati yang merupakan dialog peradaban dalam implementasi art policing antara lain :

1. Membangun portal atau web site atau bekerja sama dengan media main stream atau dengan apa saja yang dapat menjadi rujukan atas kebenaran atau sesuai fakta dalam pemberitaan.

2. Memberdayakan media sosial dengan berbagai informasi yang mencerdaskan dan menyadarkan agar tidak mudah terhasut untuk melakukan tindakan tindakan yang kontra produktif.

Di Sespim Lemdiklat Polri untuk pembelajaran dalam konteks cooling system pembelajaran on campus dan off campus melalui " Leader Branding " dengan : 

1. Model pod cast. (Peserta didik menampilkan keutamaan sebagai polisi, Menceritakan pengalaman dan keahliannya dalam sharing pengetahuan, Mendiskusikan pelajaran pelajaran di Sespim secara proaktif dan problem solving, Mendiskusikan isue isue penting yang terjadi dalam masyarakat)

2. Model coaching. (Dialog dengan para petugas di lapangan secara daring sampai dengan lini terdepan di wilayah masing masing peserta didik sebelum masuk Sespim. Menyampaikan hal hal yang informatif edukatif serta inputing data dan ada dialog untuk solusinya)

3. Model forum diskusi dan informasi. (Forum Bhabinkamtibmas, Forum Masyarakat Sadar Seni Budaya dan Pariwisata, Forum Ikatan Sakura Indonesia, Forum Hukum dan Keadilan, Forum Ilmu Kepolisian, Forum Safety and Security)

4. Model Membranding. (Kampung tertib, kampung tangguh, Local heroes, Lomba dan pemberian penghargaan, Kampung Iklimm Desa Wisata)

5. Model expo atau pameran , FGD dan seminar. (Leaders Expo, FGD, Seminar tentang kebhinekaan, toleransi, narkoba, korupsi dsb, Pameran dan festival seni budaya)

6. Model Kemitraan. (PKB Juang, Kampus Kebangsaan, Kemitraan dengan para stake holders untuk membangun soft power dan smart power, Bakti masyarakat)

7. Model debat publik. (Mengemas model dialog peradaban untuk menunjukan kebaruan dan pembaharuan hasil pemikiran para peserta didik)

Pembelajaran di Sespim Lemdiklat Polri merupakan suatu dialog peradaban untuk menyiapkan pemimpin di masa depan yang profesional cerdas bermoral dan modern.

Program Leader Branding dinamis dan terus ditumbuhkembangkan dengan membuat produk tertulis maupun virtual yang berkaitan dengan :

1. Company profile Sespim: (Apa, bagaimana, mengapa sespim)

2. Siapa dan apa karyanya: (Menampilkan para serdik yang berprestasi)

3. Literasi kepemimpinan: (Materi pelajaran)

Kontens yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pengetahuan, Quotes, Referensi, E jurnal, E book, E library

4. Leadership dialog. (Podcast tentang kepemimpinan)

5. Emergency policing dan Contigency policing: Pola pola pemolisian dalam berbagai situasi dan kondisi serta pengambilan keputusannya

6. Masdarwis dan cooling system: (Seni budaya dan pariwisata bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban)

7. Kreatifitas dan inovasi: (Hal hal baru dan kebaruan)

8. Studi kasus : (Belajar dari berbagai kejadian atau isu isu penting yang terjadi dalam masyarakat)

9. Bench marking: (Studi banding dalam dan luar negeri)

10. Leadership coaching:

Dialog Sespim bagi Indonesia (Sispam kota, Perbatasan, Konflik sosial, Bhabin kamtibmas, Model model pemolisian, Pemimpin dan kepemimpinannya, Pengamanan pemilu serentak, Penanganan bencana, Modernisasi Polri, Social engineering

Produk-produk tersebut menjadi salah satu akuntabilitas proses belajar mengajar dan mengimplementasikan keutamaan dalam pemolisian di lembaga pendidikan,

Leave a Comment