
Pertamina Paparkan Strategi Pertumbuhan Ganda kepada KADIN dan Delegasi Apex Brazil
- Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero) Agung Wicaksono, dalam Panel Discussion on Renewable Energy, Biofuels, Critical Minerals, and Energy Security, di Jakarta, dalam acara Indonesia-Brazil Business Forum, Kamis (23/10).
Jakarta, RADARIKN -- PT Pertamina (Persero) terus mengakselerasi transisi energi melalui berbagai inovasi di bidang biofuel dan energi terbarukan. Menavigasi dinamika global, Pertamina menjalankan Strategi Pertumbuhan Ganda (Dual Growth Strategy).
Hal ini disampaikan oleh Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero) Agung Wicaksono, dalam Panel Discussion on Renewable Energy, Biofuels, Critical Minerals, and Energy Security, di Jakarta, dalam acara Indonesia-Brazil Business Forum, Kamis (23/10).
Agung Wicaksono menjelaskan bahwa Pertamina memiliki strategi Dual Growth Strategy, yang juga sejalan dengan strategi Double Track milik Petrobras, perusahaan migas nasional Brazil.
“Kedua strategi ini menekankan bahwa pengembangan bisnis low carbon harus berjalan beriringan dengan penguatan bisnis legacy atau bisnis inti yang sudah ada,” ujarnya.
Strategi Pertumbuhan Ganda, Agung menambahkan, terdiri dari bisnis eksisting Pertamina di industri fosil, yakni mencakup sektor hulu, pengolahan kilang, distribusi, hingga penjualan BBM, LPG serta energi lainnya. Strategi lain yakni optimalisasi energi hijau sebagai energi rendah karbon, yang dilakukan melalui pengembangan energi terbarukan, termasuk bahan bakar nabati (BBN) biofuel, bioetanol, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF).
“Biofuel merupakan salah satu program transisi energi terbesar di dunia. Melalui dukungan Pemerintah, Pertamina telah mengembangkan biodiesel mulai dari program B2 (2% kandungan BBN), B5 (5% kandungan BBN), hingga kini mencapai B40 (40% kandungan BBN). Program ini berhasil menghemat devisa lebih dari 40 miliar dolar AS sejak tahun 2020, sekaligus membuka banyak lapangan kerja dan memberikan manfaat besar bagi lingkungan,” jelasnya.
Selain biodiesel untuk solar, Pertamina juga memproduksi Pertamax Green 95, produk bensin ramah lingkungan yang mengandung 5% etanol (E5) dan telah tersedia di 163 SPBU di seluruh Indonesia. “Ke depan, kami menargetkan pengembangan E10, sehingga konsumsi bioetanol nasional akan meningkat,” tambah Agung.
Lebih lanjut, Agung menyebutkan bahwa Pertamina belajar dari keberhasilan Brazil dalam memanfaatkan tebu (sugarcane) sebagai bahan baku bioetanol.
“Brazil adalah contoh nyata bagaimana bioetanol dapat berhasil secara ekonomi, teknis, dan ekologis, bahkan membantu menjaga kelestarian hutan Amazon,” katanya.
Selain bioetanol, Pertamina juga tengah mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah (used cooking oil) sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan bisnis. Di kilang Pertamina di Cilacap, SAF telah diproduksi melalui proses co-processing minyak jelantah sebesar 2,5%. Produk ini telah diuji coba oleh maskapai Pelita Air dalam penerbangan dari Jakarta ke Denpasar.
“Program ini juga menjadi bagian dari ekonomi sirkular. Masyarakat dapat menjual minyak jelantah di lebih dari 30 titik pengumpulan di SPBU. Minyak ini kemudian diolah kembali menjadi bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan,” tutupnya.
Acara yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan APEX Brasil (Brazilian Trade and Investment Promotion Agency) ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, ke Indonesia. Forum tersebut mempertemukan para pelaku industri energi dari kedua negara untuk memperkuat kolaborasi di bidang energi berkelanjutan.
Diskusi panel ini menghadirkan sejumlah tokoh penting di sektor energi, antara lain Tony Wenas, Vice Chairman for Downstream Industry Affairs KADIN Indonesia sekaligus CEO PT Freeport Indonesia dan Sekretaris Jenderal Indonesia Mining Association (IMA); Roberta Mendes, Head of Energy Transition and Sustainability Petrobras; Kennedy Alencar, Institutional Relations Director Vale; serta Jose Carlos Grubisich, J&F Indonesia Country Manager.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Leave a Comment