BGN Terus Perkuat Tata Kelola dan Kualitas Gizi Program MBG

radarikn.id
  • Wakil Kepala BGN usai talkshow bertajuk “Upaya Meningkatkan Kualitas Gizi Bangsa Melalui Program Makan Bergizi Gratis” yang digelar di Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis (23/10).
  • Jumat, 24 Oktober 2025 - 16:25 WIB | Sis

Jakarta, RADARIKN -- Badan Gizi Nasional (BGN) terus memperkuat tata kelola dan peningkatan kualitas gizi anak bangsa melalui program Makanan Bergizi Gratis (MBG). “Pengelolaan dapur MBG diatur secara ketat dan mengikuti panduan teknis berdasarkan peraturan presiden serta standar keamanan pangan nasional,” kata Wakil Kepala BGN dalam talkshow bertajuk “Upaya Meningkatkan Kualitas Gizi Bangsa Melalui Program Makan Bergizi Gratis” yang digelar di Antara Heritage Center, Jakarta, Kamis (23/10).

Nanik mengatakan, proses memasak tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada pengaturan jam kerja berdasarkan sistem batch. Misalnya, untuk batch pertama dimulai pukul 02.00 dini hari, agar makanan siap sebelum waktu distribusi. Dapur juga tidak boleh memasak sebelum jam 12 malam, karena hal itu berisiko terhadap kualitas gizi dan keamanan pangan,” ujar pembicara kunci dalam acara itu.

Tenaga kerja di dapur MBG dibagi menjadi beberapa shift, mulai dari tim persiapan di jam 16.00, tim dapur utama di jam 01.00, tim pemorsian yang bekerja dini 04.00, terakhir tim pencucian wadah di jam 16.00. “Semua proses ini diawasi secara berlapis untuk memastikan rantai dingin (cold chain) dan higienitas tetap terjaga,” kata Nanik.

Dalam rangka menjaga kualitas, higienitas, dan SOP, saat ini BGN telah menutup sementara 112 SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) atau dapur MBG. Di antaranya karena mereka belum memenuhi persyaratan teknis dan sanitasi sesuai pedoman SPPG. Langkah tegas ini dilakukan demi menjaga kualitas makanan dan keselamatan anak-anak penerima manfaat. “Kalau sudah memenuhi syarat, bisa beroperasi kembali. Tapi prinsip kami jelas, lebih baik dapur berhenti sementara dari pada membahayakan kesehatan anak-anak,” kata Nanik.

Tantangan di lapangan, kata Nanik, tak hanya soal penyediaan makanan, tapi juga berkaitan dengan kondisi lingkungan dan sanitasi yang berbeda-beda di tiap wilayah. “Sebelum ada MBG pun, kasus keracunan sudah meningkat karena lingkungan dan air yang digunakan tidak bersih. Sekarang kami gunakan air galon untuk memastikan kualitasnya. Jadi ini bukan hanya soal makanan, tapi juga sanitasi dan edukasi kebersihan,” ujarnya.

Nanik pun memaparkan, bahwa MBG bukan hanya intervensi gizi, namun juga sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat bawah. “Setiap dapur MBG rata-rata melibatkan 50 tenaga kerja langsung dan 10–15 pemasok bahan pangan lokal. Secara total, ada 1,6 juta pekerja langsung dan 2,5 juta pekerja tidak langsung yang terlibat. Ini bukan hanya program gizi, tapi juga penggerak ekonomi rakyat,” ujarnya.

Hingga saat ini Program MBG telah menjangkau lebih dari 36 juta penerima manfaat atau sekitar 40 persen dari target. Harapannya pada bulan Desember dapat meningkat hingga 60 persen dari total keseluruhan target. Dari sisi kualitas, BGN juga membuka ruang evaluasi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk memastikan pelaksanaannya terus membaik. “Kami terbuka terhadap kritik dan masukan, selama tujuannya untuk kebaikan anak-anak Indonesia. Karena pada akhirnya, keberhasilan program ini adalah keberhasilan bersama,” kata Nanik. 

Leave a Comment