Kreatif! Limbah MBG Disulap Jadi Inovasi Ekonomi Hijau

radarikn.id
  • Limbah MBG
  • Jumat, 10 Oktober 2025 - 06:25 WIB | Sis

Jakarta, RADARIKN – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya menyehatkan anak-anak Indonesia, tetapi juga menginspirasi lahirnya inovasi ramah lingkungan dari dapur-dapur desa. Di tangan pemuda kreatif Lumajang, sisa makanan MBG disulap menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Salah satu penggagasnya, Asriafi Ath Thoriq, melihat limbah MBG bukan sebagai sampah, melainkan potensi bisnis hijau yang bisa membuka lapangan kerja baru.

“Limbah makanan seharusnya dipandang sebagai modal, bukan masalah. Dengan kreativitas dan bimbingan, kita bisa menciptakan produk ramah lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi lokal,” ujar Asriafi, penerima Kalpataru dan Lencana Inovasi Desa dari Kementerian Desa.

Produk yang dikembangkan Asriafi dikenal dengan nama eco enzyme — cairan serbaguna hasil fermentasi limbah makanan yang dapat dijadikan disinfektan, sabun alami, pupuk cair, hingga bahan dasar pakan ternak ramah lingkungan.

*Dari Dapur MBG, Lahir Inovasi Ekonomi Hijau*

Selain Asriafi, inovasi serupa juga dilakukan Dzaki Fahruddin, petani muda dari Yosowilangun. Ia mengumpulkan sisa makanan dapur MBG untuk diolah menjadi eco enzyme dan pupuk cair yang kemudian dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan pertaniannya.

“Prosesnya sederhana. Limbah makanan dicacah, dicampur gula merah dan air, lalu difermentasi selama tiga bulan,” jelas Dzaki.

Hasilnya mengejutkan, tanaman tumbuh lebih subur dan biaya produksi menurun. Para petani lain yang awalnya skeptis kini justru ikut mengolah limbah MBG menjadi pupuk organik karena terbukti lebih ramah lingkungan dan efisien.

“Inovasi ini bukan hanya mengurangi sampah, tapi juga menumbuhkan jiwa wirausaha hijau di kalangan anak muda desa,” tambah Dzaki.

Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati, mengapresiasi inovasi ekonomi hijau dari para pemuda lumajang. Menurutnya, pemanfaatan limbah MBG menjadi produk ramah lingkungan adalah bentuk nyata dari circular economy di sektor gizi dan pangan.

“Apa yang dilakukan para pemuda di Lumajang membuktikan bahwa program MBG tidak berhenti di dapur. Ada nilai tambah ekonomi, edukasi, dan keberlanjutan lingkungan di sana,” ujar Hida di Jakarta, Kamis (9/10).

Ia menambahkan, BGN mendorong seluruh SPPG di daerah lain untuk meniru langkah serupa agar limbah makanan tidak terbuang percuma, tetapi justru memberi manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar.

“Kami menginginkan setiap dapur MBG memiliki sistem pengelolaan limbah yang produktif. Dengan begitu, program ini tidak hanya menyehatkan anak-anak, tapi juga memakmurkan desa,” tegasnya.

Baca Juga :

Kabar Dari Soe: Investigasi Dengan Hati
  • Kamis, 09 Oktober 2025 - 17:50 WIB

Leave a Comment